Selasa, 07 Februari 2012

HALAL BI HALAL

Minal Aidin Wal Fa’izin
Maafkan lahir dan batin
            Kalimat yang tertera di atas adalah sebuah kalimat yang sering kita dengar dan pula kalimat yang sering orang ucapkan saat hari raya Idul Fitri tiba. Pasalnya, Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, ibarat secarik kertas putih. Siapa sih, yang tidak mau kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan?  Pada momentum ini, pastinya telinga kita sudah tidak asing lagi mendengar yang namanya  Kegiatan Halal Bihalal.
            Dalam kenyataan perjalanan hidup manusia senantiasa tidak lepas dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikkan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Sedangkan dosa yang paling sering kita lakukan adalah kesalahan terhadap sesama manusia. Tidak bisa dipungkiri, kalau ada tingkah laku dan bicara kita yang menyakiti atau menyinggungi perasaan orang lain, walaupun, tanpa disengaja. Nah, pada moment Idul Fitri inilah peluang atau kesempatan kita untuk saling meminta maaf. Budaya saling memaafkan ini disebut dengan istilah Halal Bihalal. Sahabat belia, apa sih sebenarnya Halal Bihalal itu? Dan apa pula manfaatnya bagi kehidupan kita? Yuk! Kita cari tahu lebih dalam lagi.
Memang Halal Bihalal  terdengar seperti berasal dari bahasa Arab. Namun, sebenarnya, istilah ini sama sekali tidak dikenal oleh kalangan bangsa Arab, tidak pula ada pada zaman Nabi SAW dan para sahabat. Karenanya, kamus bahasa Arab juga tak mengenal istilah ini. Justru Halal Bihalal masuk dan diserap Bahasa Indonesia dan diartikan sebagai “hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat.
Halal Bihalal juga merupakan tradisi yang sangat unik. Karena sebuah hasil kreasi dan budaya masyarakat Indonesia, yang tidak akan pernah dijumpai di negri di mana Islam pertama kali diturunkan. Ini dapat dibuktikan dari pernyataan di atas tentang asal usul kata Halal Bihalal. Selain itu, Al-Qur’an dan Hadis tidak ada juga ditemukan istilah Halal Bihalal. Jadi, dengan tegas dalam Islam, istilah Halal Bihalal tidak ada. Tapi, karena Islam mengajarkan sikap rasa persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang. Sedangkan halal bihalal memiliki tujuan yang sama dengan ajaran Islam itu. Maka, budaya Halal Bihalal telah berkembangbiak dengan baik di Negara kita.
            Hari raya Idul Fitri bukan hanya berkaitan dengan baju baru, ketupat, lontong maupun sejenis kue lainnya yang menjadi ciri khas untuk menyambut “hari kemenangan”. Namun, sangat erat hubungannya dengan kegiatn Halal Bihalal, sebuah tradisi yang hanya ada di Indonesia dan merambah ke Negara tetangga. Tradisi budaya saling memaafkan setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh ini, bukan saja dilakukan oleh umat islam saja tapi  non islam pun turut larut di dalamnya. Fenomena ini adalah fenomena yang hanya terjadi di Tanah Air kita, yang menjadi refleksi ajaran islam yang menekankan pada sikap dan persatuan dalam wadah Negara kita.
            Berkaitan dengan tradisi saling memaafkan saat hari raya Idul Fitri dalam Halal Bihalal, sampai kini, terkesan menjadi sebatas ritual yang lebih bersifat simbolis. Namun, tujuannya sangat mulia, tidak ada salahnya untuk tetap dilestarikan. Intinya adalah silahturahmi, yaitu menyambung tali kasih sayang antar sesama manusia yang semulanya renggang. Untuk hal inilah, seorang pengajar Madrasah Diniyah Awaliyah Harapan Islamiyah, ibu Wan Zuryana Nasution mengatakan Halal Bihalal itu hanyalah sebuah ungkap istilah saja di Indonesia. Maksudnya, kegiatan saling maaf-memaafkan dengan cara silahturahmi. Saling mengunjungi atau berjumpa di suatu tempat dengan memanfaatkan momentum lebaran. Walaupun, terkadang kita tidak tahu kesalahan apa yang kita lakukan. Tetapi, kalau meminta maaf di hari lain justru kita sudah tahu kesalahan kita.
            Berbicara mengenai manfaat dari Halal Bihalal, lanjutnya, bisa mempererat hubungan silahturahmi. Yang biasanya kita belum tentu berjumpa, dengan momentum lebaran jadi bisa berjumpa. Sekaligus menjadi refleksi bahwa islam adalah agama toleransi, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun dan damai dengan semua agama. Perbedaan agama bukanlah untuk saling memusuhi dan mencurigai tetapi hanyalah sebagai sarana untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Sampai saat ini, Halal Bihalal telah menjadi fungsi sebagai media pertemuan dari segenap warga masyarakat termasuk di dalamnya anak remaja. Dengan adanya acara saling memaafkan antar manusia, hubungan dapat menjadi lebih akrab. Karena tradisi berhalal Bihalal memiliki dampak yang positif  maka tradisi ini perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh seorang Alummi SMA Istiqlal Deli tua bernama Nurdiansyah bahwa manfaat Halal Bihalal yaitu, dapat memperkuat tali silahturahmi, karena dengan saling memaafkan, jiwa kita akan menjadi tentram dan tenang. Tanpa ada rasa permusuhan yang pernah kita lakukan. Selain itu, dapat mengingatkan kita akan dosa sebagai manusia, kita yang selalu dilumuri dengan dosa, karena manusia memang tempatnya untuk salah. Jadi dengan adanya, Halal Bihalal kita bisa saling mengingatkan bahwa kita para manusia tidak ada yang luput dari kesalahan. Untuk itu, kita harus saling memaafkan.
            Dia pun menambahkan, Halal Bihalal dapat membuat prilaku lebih baik untuk ke depannya menjadi manusia yang lebih berguna. Jangan sudah maaf-maafan, habis itu, dibuat lagi kesalahan yang sama, itu namanya tobat sambal pete! Tuturnya dengan canda.
            Betapa indah dan sejuknya hidup ini, bila kita selalu berbagi kasih sayang kepada makhluk hidup, khususnya sesama manusia. Tidak akan ada yang menyangkal, tradisi silahturahmi dan saling bermaafan antar sesama manusia adalah hal yang sangat indah. Sebuah proses untuk mengakui kesalahan yang telah diperbuat. Memaafkan kasalahan orang tidaklah mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Karena rasa sakit hati tidaklah gampang disembuhkan, apalagi bila sakit hati terlalu dalam lukanya. Itulah sebabnya, mengapa kita harus melatih diri memaafkan kesalahan orang lain. Seperti pisau yang diasah setiap hari akhirnya akan tajam jua begitu juga dengan diri kita.
Namun, berhalal bihalal, semestinya bukan semata-mata untuk bersilahturahmi dan saling memaafkan yang biasanya hanya melalui lisan, kartu ucapan maupun lewat SMS. Tetapi, harus diikuti juga oleh perbuatan-perbuatan yang baik dan menyenangkan hati orang lain. Meminta maaf  kepada orang lain kan tidak boleh setengah-setengah.
Sahabat Belia, ternyata banyak lo hikmah yang dapat kita ambil dari adanya tradisi Halal Bihalal dan pastinya sangat berguna bagi diri kita sendiri, yaitu;
·         Membentuk sikap kasih sayang kepada sesama manusia.
·         Mewujudkan sifat ramah-tamah diantara sesama manusia, dengan cara bertegur sapa.
·         Mewujudkan pergaulan dengan akhlak yang baik.
·         Membuat kita berpikir positif terhadap orang lain. Yang jelas akan menghindarkan diri kita dari buruk sangka.
·         Memiliki tutur kata yang lembut dan berjabat tangan apabila berjumpa dengan sesama manusia.
·         Dapat membebaskan diri kita dari belenggu rasa bersalah.
·         Membuat kita semakin mengerti akan arti keikhlasan. Karena kita harus memaafkan kesalahan orang lain.
Nah, pada momentum ini juga anak remaja akan ikut mengadakan Halal Bihalal setelah liburan lebaran, khususnya bagi anak sekolahan. Biasanya, anak remaja akan berkumpul di salah satu rumah sahabat mereka. Setelah sebelumnya, melakukan acara salam-salaman terhadap guru mereka. Segelitik pertanyaan klise pun, tak ketinggalan turut serta dalam acara Halal Bihalal yang mereka buat. Dapat THR berapa? Berapa pasang baju hari rayamu? Gimana serunya mudik? Dan sederet tanya yang remeh-temeh. Jadi, bagaimana dengan acara Halal Bihalal Sahabat Belia? Apa sudah meminta maaf atau telah memberi maaf  kepada orang lain, khususnya terhadap ayah dan ibu?
Kalau belum, mari kita ulurkan tangan untuk bersalaman di hari yang fitri ini. Semoga dengan ini, kita dapat menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Catatan diary 4 Semptember 2011
selama magang menjadi Reporter Tamu di Harian Medan Bisnis, banyak pengalaman seru, bahagia, maupun sedih.


Ajeng Miftahul Ula
(KOMA/UMN Al –Washliyah)
Dengan berakhirnya lebaran maka berakhir pula tugas menjadi reporter tamu, yah saatnya tiba dipeliputan terakhir. Sebuah perjalanan yang indah, unik dan menarik berada di sini. Semoga ilmu dan pengalaman yang berharga ini dapat berguna kedepannya. Sesungguhnya, kami hanyalah manusia biasa yang kadang tak luput dari salah, sepenuhnya diri kami memohon maaf atas kesalahan selama menjadi reporter tamu. Mudah-mudahan akan ada lain waktu untuk kembali hadir di sini.

Dina syahfitri Lubis
(KOMA/UMN Al –Washliyah)
Selamat hari raya Idul Fitri 1432 H. Bagi sahabat Belia yang merayakannya. Walau dalam suasana lebaran tidak menutup kemungkinan untuk kegiatan yang positif. Nah, di bulan syawal ini. Yuk! Kita hamparkan jalan untuk saling bermaaf-maafan. Mari rayakan hari kemenangan. Sucikan hati, sucikan diri tetap jalin silahturahmi. See u next time. 

Ayu Sundari Lestari
(KOMA/UMN Al –Washliyah)
Waktu begitu cepat bergulir, tak terasa  perpisahan pun kini tiba. Yah, dipeliputan terakhir ini adalah semacam oleh-oleh dari buah indahnya hari raya Idul Fitri. Tentunya, semua pengalaman selama berada di sini,  akan menjadi sepotong episode yang manis. Yang kelaknya akan menjadi kenangan dan mungkin saja berguna untuk kedepanya. Di penghujung jalan ini, sebuah  kata maaf terurai dari diri ini atas kesalahan selama berada di sini. Semoga waktu dapat mengembalikkan kami ke tempat ini. Sampai bertemu lagi! J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar