HALAL BI HALAL
Minal Aidin Wal Fa’izin
Maafkan lahir dan batin
Kalimat
yang tertera di atas adalah sebuah kalimat yang sering kita dengar dan
pula kalimat yang sering orang ucapkan saat hari raya Idul Fitri tiba.
Pasalnya, Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, ibarat
secarik kertas putih. Siapa sih, yang tidak mau kembali suci seperti
bayi yang baru dilahirkan? Pada momentum ini, pastinya telinga kita sudah tidak asing lagi mendengar yang namanya Kegiatan Halal Bihalal.
Dalam
kenyataan perjalanan hidup manusia senantiasa tidak lepas dari dosa.
Karena itu, perlu upaya mengembalikkan kembali pada kondisi sebagaimana
asalnya. Sedangkan dosa yang paling sering kita lakukan adalah kesalahan
terhadap sesama manusia. Tidak bisa dipungkiri, kalau ada tingkah laku
dan bicara kita yang menyakiti atau menyinggungi perasaan orang lain,
walaupun, tanpa disengaja. Nah, pada moment Idul Fitri inilah peluang
atau kesempatan kita untuk saling meminta maaf. Budaya saling memaafkan
ini disebut dengan istilah Halal Bihalal. Sahabat belia, apa sih
sebenarnya Halal Bihalal itu? Dan apa pula manfaatnya bagi kehidupan
kita? Yuk! Kita cari tahu lebih dalam lagi.
Memang Halal Bihalal terdengar
seperti berasal dari bahasa Arab. Namun, sebenarnya, istilah ini sama
sekali tidak dikenal oleh kalangan bangsa Arab, tidak pula ada pada
zaman Nabi SAW dan para sahabat. Karenanya, kamus bahasa Arab juga tak
mengenal istilah ini. Justru Halal Bihalal masuk dan diserap Bahasa
Indonesia dan diartikan sebagai “hal maaf-memaafkan setelah menunaikan
ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat.
Halal
Bihalal juga merupakan tradisi yang sangat unik. Karena sebuah hasil
kreasi dan budaya masyarakat Indonesia, yang tidak akan pernah dijumpai
di negri di mana Islam pertama kali diturunkan. Ini dapat dibuktikan
dari pernyataan di atas tentang asal usul kata Halal Bihalal. Selain
itu, Al-Qur’an dan Hadis tidak ada juga ditemukan istilah Halal Bihalal.
Jadi, dengan tegas dalam Islam, istilah Halal Bihalal tidak ada. Tapi,
karena Islam mengajarkan sikap rasa persaudaraan, persatuan, dan saling
memberi kasih sayang. Sedangkan halal bihalal memiliki tujuan yang sama
dengan ajaran Islam itu. Maka, budaya Halal Bihalal telah berkembangbiak
dengan baik di Negara kita.
Hari
raya Idul Fitri bukan hanya berkaitan dengan baju baru, ketupat,
lontong maupun sejenis kue lainnya yang menjadi ciri khas untuk
menyambut “hari kemenangan”. Namun, sangat erat hubungannya dengan
kegiatn Halal Bihalal, sebuah tradisi yang hanya ada di Indonesia dan
merambah ke Negara tetangga. Tradisi budaya saling memaafkan setelah
menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh ini, bukan saja
dilakukan oleh umat islam saja tapi non
islam pun turut larut di dalamnya. Fenomena ini adalah fenomena yang
hanya terjadi di Tanah Air kita, yang menjadi refleksi ajaran islam yang
menekankan pada sikap dan persatuan dalam wadah Negara kita.
Berkaitan
dengan tradisi saling memaafkan saat hari raya Idul Fitri dalam Halal
Bihalal, sampai kini, terkesan menjadi sebatas ritual yang lebih
bersifat simbolis. Namun, tujuannya sangat mulia, tidak ada salahnya
untuk tetap dilestarikan. Intinya adalah silahturahmi, yaitu menyambung
tali kasih sayang antar sesama manusia yang semulanya renggang. Untuk
hal inilah, seorang pengajar Madrasah Diniyah Awaliyah Harapan
Islamiyah, ibu Wan Zuryana Nasution mengatakan Halal Bihalal itu
hanyalah sebuah ungkap istilah saja di Indonesia. Maksudnya, kegiatan
saling maaf-memaafkan dengan cara silahturahmi. Saling mengunjungi atau
berjumpa di suatu tempat dengan memanfaatkan momentum lebaran. Walaupun,
terkadang kita tidak tahu kesalahan apa yang kita lakukan. Tetapi,
kalau meminta maaf di hari lain justru kita sudah tahu kesalahan kita.
Berbicara
mengenai manfaat dari Halal Bihalal, lanjutnya, bisa mempererat
hubungan silahturahmi. Yang biasanya kita belum tentu berjumpa, dengan
momentum lebaran jadi bisa berjumpa. Sekaligus menjadi refleksi bahwa
islam adalah agama toleransi, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun
dan damai dengan semua agama. Perbedaan agama bukanlah untuk saling
memusuhi dan mencurigai tetapi hanyalah sebagai sarana untuk
berlomba-lomba dalam kebajikan. Sampai saat ini, Halal Bihalal telah
menjadi fungsi sebagai media pertemuan dari segenap warga masyarakat
termasuk di dalamnya anak remaja. Dengan adanya acara saling memaafkan
antar manusia, hubungan dapat menjadi lebih akrab. Karena tradisi
berhalal Bihalal memiliki dampak yang positif maka tradisi ini perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Pendapat
senada juga dikemukakan oleh seorang Alummi SMA Istiqlal Deli tua
bernama Nurdiansyah bahwa manfaat Halal Bihalal yaitu, dapat memperkuat
tali silahturahmi, karena dengan saling memaafkan, jiwa kita akan
menjadi tentram dan tenang. Tanpa ada rasa permusuhan yang pernah kita
lakukan. Selain itu, dapat mengingatkan kita akan dosa sebagai manusia,
kita yang selalu dilumuri dengan dosa, karena manusia memang tempatnya
untuk salah. Jadi dengan adanya, Halal Bihalal kita bisa saling
mengingatkan bahwa kita para manusia tidak ada yang luput dari
kesalahan. Untuk itu, kita harus saling memaafkan.
Dia
pun menambahkan, Halal Bihalal dapat membuat prilaku lebih baik untuk
ke depannya menjadi manusia yang lebih berguna. Jangan sudah
maaf-maafan, habis itu, dibuat lagi kesalahan yang sama, itu namanya
tobat sambal pete! Tuturnya dengan canda.
Betapa
indah dan sejuknya hidup ini, bila kita selalu berbagi kasih sayang
kepada makhluk hidup, khususnya sesama manusia. Tidak akan ada yang
menyangkal, tradisi silahturahmi dan saling bermaafan antar sesama
manusia adalah hal yang sangat indah. Sebuah proses untuk mengakui
kesalahan yang telah diperbuat. Memaafkan kasalahan orang tidaklah
mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Karena rasa sakit hati
tidaklah gampang disembuhkan, apalagi bila sakit hati terlalu dalam
lukanya. Itulah sebabnya, mengapa kita harus melatih diri memaafkan
kesalahan orang lain. Seperti pisau yang diasah setiap hari akhirnya
akan tajam jua begitu juga dengan diri kita.
Namun,
berhalal bihalal, semestinya bukan semata-mata untuk bersilahturahmi
dan saling memaafkan yang biasanya hanya melalui lisan, kartu ucapan
maupun lewat SMS. Tetapi, harus diikuti juga oleh perbuatan-perbuatan
yang baik dan menyenangkan hati orang lain. Meminta maaf kepada orang lain kan tidak boleh setengah-setengah.
Sahabat
Belia, ternyata banyak lo hikmah yang dapat kita ambil dari adanya
tradisi Halal Bihalal dan pastinya sangat berguna bagi diri kita
sendiri, yaitu;
· Membentuk sikap kasih sayang kepada sesama manusia.
· Mewujudkan sifat ramah-tamah diantara sesama manusia, dengan cara bertegur sapa.
· Mewujudkan pergaulan dengan akhlak yang baik.
· Membuat kita berpikir positif terhadap orang lain. Yang jelas akan menghindarkan diri kita dari buruk sangka.
· Memiliki tutur kata yang lembut dan berjabat tangan apabila berjumpa dengan sesama manusia.
· Dapat membebaskan diri kita dari belenggu rasa bersalah.
· Membuat kita semakin mengerti akan arti keikhlasan. Karena kita harus memaafkan kesalahan orang lain.
Nah,
pada momentum ini juga anak remaja akan ikut mengadakan Halal Bihalal
setelah liburan lebaran, khususnya bagi anak sekolahan. Biasanya, anak
remaja akan berkumpul di salah satu rumah sahabat mereka. Setelah
sebelumnya, melakukan acara salam-salaman terhadap guru mereka.
Segelitik pertanyaan klise pun, tak ketinggalan turut serta dalam acara
Halal Bihalal yang mereka buat. Dapat THR berapa? Berapa pasang baju
hari rayamu? Gimana serunya mudik? Dan sederet tanya yang remeh-temeh.
Jadi, bagaimana dengan acara Halal Bihalal Sahabat Belia? Apa sudah
meminta maaf atau telah memberi maaf kepada orang lain, khususnya terhadap ayah dan ibu?
Kalau
belum, mari kita ulurkan tangan untuk bersalaman di hari yang fitri
ini. Semoga dengan ini, kita dapat menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Catatan diary 4 Semptember 2011
selama magang menjadi Reporter Tamu di Harian Medan Bisnis, banyak pengalaman seru, bahagia, maupun sedih.
Ajeng Miftahul Ula
(KOMA/UMN Al –Washliyah)
Dengan
berakhirnya lebaran maka berakhir pula tugas menjadi reporter tamu, yah
saatnya tiba dipeliputan terakhir. Sebuah perjalanan yang indah, unik
dan menarik berada di sini. Semoga ilmu dan pengalaman yang berharga ini
dapat berguna kedepannya. Sesungguhnya, kami hanyalah manusia biasa
yang kadang tak luput dari salah, sepenuhnya diri kami memohon maaf atas
kesalahan selama menjadi reporter tamu. Mudah-mudahan akan ada lain
waktu untuk kembali hadir di sini.
Dina syahfitri Lubis
(KOMA/UMN Al –Washliyah)
Selamat
hari raya Idul Fitri 1432 H. Bagi sahabat Belia yang merayakannya.
Walau dalam suasana lebaran tidak menutup kemungkinan untuk kegiatan
yang positif. Nah, di bulan syawal ini. Yuk! Kita hamparkan jalan untuk
saling bermaaf-maafan. Mari rayakan hari kemenangan. Sucikan hati,
sucikan diri tetap jalin silahturahmi. See u next time.
Ayu Sundari Lestari
(KOMA/UMN Al –Washliyah)
Waktu begitu cepat bergulir, tak terasa perpisahan
pun kini tiba. Yah, dipeliputan terakhir ini adalah semacam oleh-oleh
dari buah indahnya hari raya Idul Fitri. Tentunya, semua pengalaman
selama berada di sini, akan
menjadi sepotong episode yang manis. Yang kelaknya akan menjadi kenangan
dan mungkin saja berguna untuk kedepanya. Di penghujung jalan ini,
sebuah kata maaf terurai dari
diri ini atas kesalahan selama berada di sini. Semoga waktu dapat
mengembalikkan kami ke tempat ini. Sampai bertemu lagi! J
Sumber jejak media: Halal Bi Halal - Harian Medan Bisnis